Thursday, April 19, 2018

SEJARAH SENI TARI JAIPONG

SEJARAH SENI TARI JAIPONG ASLI BETAWI 


Sejarah Indonesia - Tari jaipong yaitu seni tari yang lahir dari kreatifitas seseorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Ia di inspirasi pada kesenian rakyat yang salah nya yaitu Ketuk Tilu membuatnya ketahui serta mengetahui benar perbendaharan pola-pola gerak tari kebiasaan yang ada pada Kliningan atau Bajidoran atau Ketuk Tilu. Hingga ia bisa meningkatkan tarian atau kesenian yang saat ini dikenal dengan nama Jaipongan.

SEJARAH TARI JAIPONG 


Karya Jaipongan pertama yang mulai di kenal oleh orang-orang yaitu tari “Daun Pulus Keser Bojong” serta “Rendeng Bojong” yang keduanya adalah tipe tari putri serta tari berpasangan (putra serta putri). 




Awal kemunculan tarian itu awal mulanya dipandang jadi pergerakan yang erotis serta vulgar, tetapi jadi lebih lama tari ini jadi lebih popular serta mulai bertambah frekwensi pertunjukkannya baik di media tv, hajatan, ataupun perayaan-perayaan yang disenggelarakan oleh pemerintah atau oleh pihak swasta. 

C. PERKEMBANGAN TARI JAIPONG 


Dari tari Jaipong ini mulai lahir sebagian penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, serta Pepen Dedi Kirniadi. Hadirnya tari Jaipongan memberi peran yang cukup besar pada beberapa pencinta seni tari untuk lebih aktif sekali lagi menggali tipe tarian rakyat yang terlebih dulu kurang diperhatikan. Dengan timbulnya tari Jaipongan ini mulai banyak yang bikin kursus-kursus tari Jaipongan, serta banyak diperlukan oleh beberapa entrepreneur untuk pemikat tamu undangan. 




Di Subang Jaipongan model “Kaleran” mempunyai ciri-ciri yaitu keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, serta kesederhanaan. Hal itu tercermin dalam alur penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang di beri alur (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang berada di Bandung, ada juga juga tarian yg tidak dipola (Ibing Saka), umpamanya pada seni Jaipongan Subang serta Karawang. Arti ini bisa kita temukan pada Jaipongan model kaleran, lebih-lebih di daerah Subang. 


Tari Jaipongan pada sekarang ini dapat dikatakan sebagai satu diantara tarian ciri khas Jawa Barat, tampak pada acara-acara utama kehadiran tamu-tamu dari Negara asing yang datang ke Jawa Barat, tetap di sambut dengan pertunjukkan tari Jaipongan. 


Tari Jaipongan ini banyak memengaruhi pada kesenian-kesenian yang lain yang berada di Jawa Barat, baik pada seni pertunjukkan wayang, degung, genjring serta yang lain yang bahkan juga sudah dipadukan dengan Dangdut Moderen oleh Mr. Nur serta Leni sampai jadi kesenian Pong-Dut.

BENTUK PENYAJIAN serta CIRI KHAS 


Ciri ciri khas Jaipongan model kaleran, yaitu keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas serta kesederhanaan (alami/apa yang ada). Hal itu tercermin dalam alur penyajian taxi pada pertunjukkannya, ada yang di beri alur (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang berada di Bandung, ada juga tarian yg tidak dipola (Ibing Saka), umpamanya pada Seni jaipongan Subang serta Karawang. 




Arti ini bisa kita temukan pada Jaipongan model Kaleran, lebih-lebih di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan model kaleran ini seperti berikut : 1) Tatalu ; 2) Kembang Gadung 3) Buah Kawung Gopar ; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), umumnya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinde Tatandakan (seseorang Sinden namun tidak menyanyi namun menarikan lagu sinden/juru kawih) ; 5) Jeblokan serta Jabanan, adalah sisi pertunjukkan waktu beberapa pemirsa (Bajidor) sawer uang (Jabanan) sembari salam temple. Arti Jeblokan disimpulkan jadi pasangan yang bertempat pada sinden serta pemirsa (bajidor).


Perubahan setelah itu dari Jaipongan berlangsung pada th. 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira membuat tari yang lain seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Man gut, Iring-firing Daun Puring, Rawayan serta Tari Kawung Anten. 


Dari taritarian itu keluar sebagian penari Jaipongan yang handal di antaranya Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepi, Agah, Aa Suryabrata serta Asep Safaat.

No comments:

Post a Comment